PPP SUMUT BERGERAK BERSAMA RAKYAT--- Mau Dipublikasikan, Kami Harian_Indonesiapagi.Online Siap Hadir Untuk Anda. Terima Kasih. BUKTIKAN.....!---DIJUAL HP SECOND, MOBIL SECOND, DAN SEPEDA MOTOR SECOND MURAHHH....HUB:085837686014---MAU BERDISKUSI TENTANG JURNALIS, POLITIK DAN AGAMA HUBUNGI MAHASISWA S3 PPs UIN SUMUT SUASANA NIKMAT GINTING, MA DI NOMOR HP 081396100099---KESEHATAN ITU PALING UTAMA. JAGA KESEHATAN DENGAN MADU HITAM" SILAHKAN PASANG IKLAN BARIS ANDA DI SINI, HUB. Hp: 081396100099

Kamis, 19 Agustus 2021

Perjalanan Sang Penuntut Ilmu

 

Jalan Panjang Penuntut Ilmu Demi Pengabdian


By: SNG

Perjalanan panjang dan cukup melelehkan itu sudah sirna. Tepatnya usai melaksanakan sidang terbuka promosi Doktor, beban yang dirasakan begitu berat, namun, kini sudah  terasa sirna dari diri dan pikiran ini.

Ya, jika diingat perjalanan panjang yg melelahkan dalam menuntut ilmu itu, memang cukup membuat seseorang akan terlebih dahulu kalah sebelum melangkah.

Perjalanan itu dimulai Tahun 2016, tentu langkah itu harus dimulai dengan mengucapkan Bismillah. Memulai babak awal perkuliahan program Doktor di PPs UIN Sumut Medan.

Dihari pertama perkuliahan program Doktor semua begitu bersemangat, walaupun perjalanan yang ditempuh sesungguhnya cukup jauh dan melelahkan. Yaknu, dimulai dari perjalanan berangkat dari kota pematangsantar, saat usai waktu subuh. Perjalanan itu dengan menggunakan transportasi kereta api Pematangsiantar- Medan.

Perjalanan dengan menggunakan Kereta Api ini memakan waktu kurang lebih 6 jam hingga  sampai di Medan. Sesampainya di Station kereta Api di Kota Medan, langsung saya berjalan kaki dari stasiun kereta api menuju kampus Pascasarjana UIN Sumut di Sutomo Ujung.

Perjalana  dari station Kereta Api menuju kampus PPs UIN Sumut Jalan Sutomo Ujung, jika dihitung waktunya berkisar kurang lebih 15 sampai 20 menit sampai ke lokasi. Plus, ditambah dengan kucuran keringat yg membasahi kerah baju sekaligus badan.

Sesampai di kampus, tentu tidak punya banyak waktu, sebab, langsung bersiap mengikuti perkuliahan, dengan semangat yang kuat dan bangga bisa mengikuti perkuliahan setingkat Doktor. Hal yang tidak terbayangkan sama sekali dalam hidup ini.

Rasa letih dan lelah serta terkadang membawa mata ini mengantuk sering kali menggoda disaat perkuliahan berlangsung. Tetapi, karena rasa malu jika dilihat dosen yang bergelar Profesor disaat belajar mengantuk ditambah semangat untuk kuliah yang kuat, maka semua letih, lelah dan mengantuk dapat dilawan dengan sekuat tenaga.

Perlawanan rasa lelah, letih dan mengantuk berakibat kepada kepala sering terasa sakit. Mungkin, mungkin ini disebabkan, upaya melawan mata yang mengantuk dan ditambah lelah di dalam perjalanan.

Bulan berganti bulan, ini dijalanani dan memasuki semester kedua, saya terpaksa berangkat ke Kota Medan dengan menggunakan angkutan umum Intra atau sentosa.

Itu dilakukan, disebabkan, pertukaran jadwal pemberangkatan Kereta Api yang tidak sesuai dengan  agenda perkuliahan. Padahal , berbicara pembiayaan, tentu lebih ekonomis dengan transportasi  Kereta Api. "Maklumlah, saat itu semua pembiayaan harus ketat. Bahkan, makan siang dan malam. Juga sudah di siapkan istri sebelum berangkat".

Kisah menggunakan kertas  api untuk studi sudah berlalu, dan kini memasuki cerita dengan menggunakan angkutan umum. Memang diakui, transportasi angkutan umum lebih cepat dan banyak pilihan. Tetapi tetap rasa letih dan lelah saat diperjalanan tidak bisa dihindari.

Ditambah lagi jika menggunakan Intra berAC, maka, tentu bertambah pengeluaran lebih banyak dari kantong dibanding menggunakan kereta api sebelumnya.

Tetapi pilihan sudah diambil, maka, berbagai peluang dan tantangan harus dihadapi dengan sabar dan tawakal.

Bahkan yang lebih sedihnya lagi, disaat perkuliahan dilakukan pada bulan suci Ramadhan, terpaksa sendiri di Medan. Masak sendiri dan makan sahur sendiri. Terkadang cukup dengan nasi seadanya dengan telur goreng memadai untuk bisa melakukan puasa Ramadhan dengan baik.Terkadang berbuka puasa bersama di masjid, bersama rekan- rekan seperjuangan dalam mengambil program Doktor. Atau berbagi 'bontotan' saat  kami baru datang dari rumah masing masing.
Terkadang juga bersama keluar rumah di waktu  sahur, mencari makanan nasi untuk makan sahur. Maklumlah, hampir setengah dari rekan satu lokal itu berasal dari luar daerah seperti, Asahan, Padang Sidempuan,, Balige, Labuhan  Batu, Langkat, dan saya sendiri berasal dari Kota Pematangsiantar. Semua itu menjadi kenangan dan bunga-bunga dalam menuntut ilmu program Doktor di UIN Sumut Medan.

Tentu, semua itu dijalani dan mengalir begitu saja apa adanya. Tetapi, selalu saja hati ini memotivasi diri ini dengan mengatakan "inilah perjuangan yg mulia itu , jihad di jalan Allah dalam menuntut ilmu pengetahuan. Semua pasti akan lebih baik ke depannya " . 

Kalimat itu terus terdengar  di dalam hati satu nubari, sebab, tidak ada pilihan lain untuk maju kecuali menuntut ilmu .

Ya, perjalanan itu akhirnya dimudahkan Allah dengan diberikan rezeki untuk bisa memiliki kendaraan mobil baruku milik sendiri, sehingga sangat membantu kelancaran perkuliahan dan pergerakan selanjutnya.

Memang tidak diragukan lagi, apa yang sering kita baca di dalam Alquran "jika  kita bersyukur atas nikmat Allah, maka, Allah akan tambah nikmat itu, jika tidak maka azab Allah sangat pedih ".

Dengan adanya mobil sendiri maka, persoalan lelah, letih dan rasa terburu - buru dalam perjalanan Pematangsiantar- Medan sudah bisa diatasi dan lumayan lebih enak.
Karena, bisa mengatur jadwal kapan, dan jam berapa mau berangkat ke Medan, sesuai jadwal perkuliahan.

Namun, kemudahan itu semua dicoba Allah kembali, dimana tahun berikutnya, wabah virus Corona di seluruh dunia termasuk negara kita Indonesia merajalela dan memakan korban yang banyak. Nyaris, setahun tidak bisa berbuat apa apa, di dalam proses penyelesaian program Doktor saya.

Padahal, uang perkuliahan baru saja dibayar tetapi wabah datang,sehingga semua pergerakan dibatasi secara masif. Tidak boleh keluar dari wilayah masing masing, ke wilayah lain. Jika saya bertempat tinggal di Pematangsiantar, maka, tidak boleh ke lain termasuk Kota Medan. Dan itu tentu menjadi kendala bagi saya dalam bimbingan Desertasi untuk penyelesaian.

Satu semester berlalu tanpa ada apapun yg dikerjakan. Hingga tahun depannya baru ada kelonggaran. Dengan adanya kelonggaran maka peluang tersebut langsung digunakan agar dapat kembali bimbingan  Desertasi dengan pembimbing.

Namun,  di tengah wabah Corona yang masih menjadi momok yang menakutkan serta menghantui semua masyarakat, saya berjalan menuju Kota Medan, dengan tekad untuk menuntaskan pendidikan Program Doktor. Maka dengan berserah diri kepada Allah mulailah menuju ke kota Medan untuk bimbingan Desertasi. Dan itu dilakukan berulang setiap minggunya hingga setahun berlalu. Yang terkadang Medan ditutup dan kembali lagi dibuka.

Dengan bermodalkan kesabaran dan sholat, maka tentu saya meminta kepada Allah agar di dalam kesulitan yang begitu menakutkan, ditambah pembiayaan perkuliahaan yang semakin tinggi, Allah memberikan kemudahan bagi saya untuk menyelesaikan tahapan demi tahapan seperti, seminar proposal, seminar hasil, sidang tertutup, dan terakhir sidang terbuka (Promosi Doktor ).

Alhamdulillah, Allah dengan doa saya, dan dikabulkan dia dan usaha saya yang sudah maksimal, sehingga di bulan Agustus 2021 ini, saya bisa menyelesaikan promosi Doktor dengan sangat memuaskan.

Tentu saja dengan selesainya tahapan Promosi Doktor, semua lelah, letih, beban yang begitu menekan pada diri ini selama ini, terasa hilang dan sirna. Tidak ada kata yang pantas untuk semua itu hanya dengan ucapan "Alhamdulillahi Robbil 'Alamin"  karena dengan kekuasaan dan izin Allah maka semua ini dapat diselesaikan dengan baik.

Saat ini , saya tinggal menunggu prosesi wisuda sebagaimana biasanya. Namun, hati ini berjanji, pengabdian yang lebih maksimal dan lebih luas sudah menanti di depan. Dan itu merupakan ladang amal yang baru yang harus dijalani dengan   baik. Bagi saya gelar Doktor yang didapat ini, bukan akhir dari perjuangan seorang Mujahid, tetapi langkah awal menuju pengabdian- pengabdian yang terus dan tidak pernah berhenti.***

Alfakir, Dr.Suasana Nikmat Ginting, MA,
Ketua Asosiasi Jurnalis Alumni UIN Sumut Medan.